Laporan Kasus
Seorang Pasien perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan gigi
depan goyang dan pasien juga sering merasakan mulut kering disertai rasa nyeri
pada gigi depan saat pasien merasa suhu tubuhnya meningkat. Pasien memiliki
riwayat sistemik diabetes militus dan juga batu ginjal ,dari pemeriksaan klinis
didapatkan kegoyahan gigi anterior atas gingiva udem , aroma mulut berbau logam
dan oh pasien buruk. Dari pemeriksaan diagnose yang didapatkan yaitu periodontitis disebabkan diabetesmelitus.
DISKUSI
A. PERIODONTITIS
Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung
gigi .Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah
menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa
dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri
pada penderita Diabetes lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau
yang memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang
gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan
Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan
lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di
masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini
merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Dari seluruh
komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan komplikasi nomor enam
terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes Melitus adalah
komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut. Hampir sekitar 80%
pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara
lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah,warna gusi menjadi mengkilat,
tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadidalam, dan ada
kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas.
Menurut teori yang saya dapatkan hal tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah
air liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada permukaan
gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan
mudah berdarah.
Bakteri yang terdapat dalam plak yang bila kondisi
kebersihan mulut terabaikan maka akan terjadi inflamasi pada jaringan
periodontal sehingga jumlah mikroorganisme dalam mulut akan bertambah yang
terutama padajaringan sekitar gigi yang menyebabkan terjadinya
periodontitis.Infeksi bakteri dalam mulut dapat menimbulkan abses. Hal tersebut
sesuai dengan keadaan yang terjadi pada masyarakat bahwa kebiasaan mereka dalam
menyikat gigi dilakukan pada saat bersamaan dengan mandi dan tidak dapat
mengukur kondisi kebersihan giginya.
B.
Hubungan
periodontitis dengan Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah
gangguan yang disebabkan karena kekurangan insulin relatif maupun absolut :
kurangnya output insulin dari pankreas, atau jaringan disekitarnya yang tidak
responsif terhadap insulin. Gejala utama pada Diabetes melitus adalah
polydipsia, polyuria, polyphagia, dan kehilangan berat badan yang merupakan
akibat karena kekurangan insulin. Insulin memainkan peran penting dalam
regulasi metabolisme karbohidrat, protein,dan lemak.
Penyakit periodontal
merupakan yang paling sering ditemukan pada pasien dengan diabetes mellitus
yang tidak terkontrol. Rata-rata 75% pasien memiliki penyakit periodontal
dengan peningkatan resorpsi tulang alveolar dan perubahan inflamasi gingiva.
Diabetes yang terkontrol juga ditemukan insidensi dan penyakit periodontal yang
parah.
Periodontitis adalah suatu
inflamasi dari jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme
spesifik atau kelompok mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan berkembangnya
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman
saat probing, resesi, atau keduanya.
Diabetes dan periodontitis
adalah dua penyakit kronis yang saling berhubungan. Periodontitis merupakan
manifestasi klinis dari diabetes. Diabetes merupakan faktor resiko penting
periodontitis. The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) III melaporkan bahwa diabetes mempengaruhi 12,5%
dari 1293 individu dengan periodontitis dibandingkan dengan 6.3% dari 12178
individu tanpa periodontitis (p= 0.0001).
Gambar
4.
Hubungan antara Diabetes Melitus dan Periodontitia. Pg= Porphyromonas
gingivalis. LPS = Lipopylosaccharide. IL-Iβ= interleukin-1 beta, TNF-α= Tumor
necrosis factor alpha. MMP= matrix metalloproteinase.
Beberapa mekanisme telah
diusulkan untuk menjelaskan kerentanan terhadap penyakit periodontal antara
pasien dengan DM tidak terkontrol, termasuk perubahan dalam host respon,
metabolisme kolagen dan vaskularisasi. Individu dengan DMT2 kurang terkontrol
menyajikan respon inflamasi berlebihan terhadap tantangan bakteri
periodontitis. Tanggapan hyperinflammatory ditambah dengan gangguan penyembuhan
luka dan perbaikan dapat meningkatkan reaksi inflamasi dan kerusakan jaringan
periodontal untuk pasien ini. Sang penyelenggara respon inflamasi tampaknya
menjadi penentu penting untuk kerentanan terhadap dan keparahan periodontitis
pada individu sistemik dikompromikan,
seperti pasien dengan DMT2.
Kondisi inflamasi
periodontitis kronis di induksi oleh biofilm patogenik atau plak dental yang
menempel pada permukaan gigi. Patogen periodontal klasik adalah bakteri gram
negatif seperti Porphyromonas gingivalis,
Tannerella forsythia, and Treponema denticola. Meskipun bakteri
memainkan peran penting dalam penyakit periodontal, faktor host yang beresiko
juga dibutuhkan. Proses inflamasi yang terjadi pada periodontitis ditandai
dengan infiltrasi leukosit, yang membatasi tingkat invasi bakteri namun secara
bersamaan membahayakan jaringan periodontal. Penghancuran ligamen periodontal
dan tulang alveolar diperkirakan karena hasil dari gangguan keseimbangan
homeostatis antara respon host dengan bakteri yang menyebabkan inflamasi di
dekat daerah proksimal tulang. Respon imun host kepada bakteri dan produknya
menstimulasi produksi faktor osteoklastogenik oleh sel imun dan sel osteoblas,
yang menginduksi kehilangan tulang. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
individu dengan periodontitis mengalami peningkatan level interleukin-1 (IL-1),
Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), dan
interleukin-6 (IL-6) pada cairan gingiva dan cairan klefikular di sulcus
gingiva. Delesi genetik dan inhibisi spesifik dari sitokin ditemukan menurunkan
progresif dari penyakit periodontal. Dengan demikian periodontitis adalah
penyakit kompleks, yang memiliki beberapa faktor penyebab yang memainkan peran
simultan dan interaktif. Kehilangan tulang disebabkan oleh pembentukan biofilm
bakteri , kemampuan bakteri dan produknya untuk menembus barrier epitel ke
jaringan penghubung, respon host, dan faktor lingkungan seperti stress dan
adanya penyakit sistemik seperti diabetes.
Diabetes juga
dapat menyebabkan ketoasidosis, dimana tubuh menggunakan lemak bukan glukosa
akibat terlalu sedikit insulin dalam darah, atau jika resistensi insulin
terlalu tinggi . Hal ini menyebabkan molekul asam yang dikenal sebagai keton
untuk membentuk sebagai produk limbah. Limbah keton dapat diekskresikan pada
nafas, menyebabkan nafas dan bau mulut untuk memiliki aroma yang mirip dengan
buah pir atau aseton.
Langkah
pertama perawatan pasien dental dengan DM adalah menentukan tipe DM yang
diderita, metode perawatan (diet, oral hypoglycemic, insulin, kombinasi),
tingkat kontrol, dan adanya komplikasi DM. Perlunya untuk konsultasi dengan
dokter umum atau internis yang merawat pasien. Presedur bedah oral dan
dentoalveolar harus direncanakan dengan hati-hati untuk menurunkan resiko
hipoglikemia dan defisiensi nutrisi. Glukometer sangat diperlukan untuk
mengecek kadar gula darah. Jika kadar glukosa dibawah 60 mg/dl, modifikasi
perawatan spesifik diperlukan, prosedur dental harus dijadwalkan ulang, dan
perlu konsultasi medis. Pasien yang menjalani prosedur bedah oral atau
periodontal, pencabutan gigi sederhana, harus diberikan instruksi diet setelah
selesai operasi, instruksi ini sesuai dengan instruksi dokter umum dan
nutrisionis. Jika terdapat infeksi akut pada pasien DM tidak terkontrol harus
diberikan antibiotik dan perlu modifikasi pengobatan yang tepat. Biasanya pada
pasien dengan kompromis medis termasuk DM direkomendasikan untuk melakukan
perawatan dental pada pagi hari untuk menurunkan stress, namun in tidak selalu
tepat pada pasien DM. Umumnya waktu perawatan yang tepat adalah sebelum atau
setelah puncak aktivitas insulin. Ini dapat menurunkan resiko reaksi
hipoglikemik perioperative, yang terjadi pada aktivitas puncak insulin.
C. BATU
GINJAL
Batu ginjal adalah batu-batu kecil yang terbentuk di
dalam ginjal akibat pengendapan yang terjadi di urin bergerak turun ke pipa
kemih (ureter). Batu ini dapat menyumbat saluran air seni (urethra) dan sewaktu
buang air kecil menyebabkan terasa nyeri serta sukar keluar. Kandungan batu
ginjal dapat berupa kalsium oksalat dan kalsium pospat atau gabungan keduanya
Batu ginjal terbentuk akibat kejenuhan air kemih, gangguan keasaman ginjal, dan
menurunnya faktor penghambat pembentukan Kristal pada orang dewasa sehat, pH
urin berkisar antara 4,5-8,0 sedangkan pH urin rata-rata adalah 6,0. Air kemih
yang bersifat asam memudahkan terbentuknya batu kalsium dan asam urat,
sedangkan air kemih yang bersifat basa memudahkan terbentuknya batu sutruvit.
Beragam jenis kelainan tulang dapat dijumpai pada
penyakit ginjal kronis. Ini menunjukkan bermacam jenis kelainan metabolisme
kalsium, termasuk hidroksilasi dari 1- hidroksikolekalsiferol menjadi vitamin D
aktif, penurunan ekskresi ion hidrogen dan asidosis yang diakibatkannya,
hiperpospatemia, hipokalsemia,dan hiperparatiroidisme sekunder yang
diakibatkan, dan terakhir gangguan biokimiawi pospat oleh proses dialisis.
Hiperparatiroidisme sekunder mempengaruhi 92% pasien yang menerima
hemodialisis. Hiperparatiroidisme dapat berakibat antara lain menjadi tumor
coklat maksila, pembesaran tulang basis skeletal dan mempengaruhi mobilitas
gigi. Beberapa kelainan pada tulang yang lain antara lain adalah demineralisasi
tulang, fraktur rahang, lesi fibrokistik radiolusen, penurunan ketebalan
korteks tulang, dan lain-lain. Sedang pada gigi dan jaringan periodonsium
antara lain, terlambat tumbuh, hipoplasi enamel, kalsifikasi pulpa, penyempitan
pulpa, dan lain-lain.
KESIMPULAN
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan yang
disebabkan karena kekurangan insulin relatif maupun absolut : kurangnya output
insulin dari pankreas, atau jaringan disekitarnya yang tidak responsif terhadap
insulin. Diabetes adalah gangguan umum dengan disertai
manifestasi oral yang berdampak pada kesehatan gigi dan ada kekhawatiran
kemampuan manifestasi oral yangsangat mempengaruhi kontrol metabolisme dari
diabetes. Diabetes dan periodontitis adalah dua penyakit
kronis yang saling berhubungan. Periodontitis merupakan manifestasi klinis dari
diabetes. Diabetes merupakan faktor resiko penting periodontitis. Periodontitis
adalah penyakit kompleks, yang memiliki beberapa faktor penyebab yang memainkan
peran simultan dan interaktif. Kehilangan tulang disebabkan oleh pembentukan
biofilm bakteri , kemampuan bakteri dan produknya untuk menembus barrier epitel
ke jaringan penghubung, respon host, dan faktor lingkungan seperti stress dan
adanya penyakit sistemik seperti diabetes.
Langkah pertama perawatan pasien dental dengan DM adalah menentukan tipe DM
yang diderita, metode perawatan (diet, oral hypoglycemic, insulin, kombinasi),
tingkat kontrol, dan adanya komplikasi DM. Perlunya untuk konsultasi dengan
dokter umum atau internis yang merawat pasien.
KONSULTASIKAN
SEGERA JIKA KAMU MENGALAMI MASALAH INI HANYA KEPADA DOKTER GIGI AGAR
KAMU MENDAPATKAN TERAPI YANG TEPAT DAN TERBAIK UNTUK MENGEMBALIKAN
KEPERCAYAAN DIRIMU
Yuk baca juga artikel terkait
REFERENSI
2.
Setiati Siti,
dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing; Jakarta Pusat.
Hal: 2316
3.
Leite et al.
2013. Oral Health adn Type 2 Diabetes. NIH Public Access
4. Scully
Crispian. 2012. Medical Problem in Dentistry. Singapore: Elsevier
5. Sonis
dkk. 1995. Principle and Practice of Oral Medicine. United states of america.
W.B Saunders Company
6.
Carranza
et al. 2012. Clinical Periodontology. 11th edition. Singapore: Elsevier
7. Lecka
Czernik and Fowlkes. 2016. Diabetic Bone Disease (Basic and Transasional
Research and Clinical Applications). United States of America: Springer Hal 1,
98, 99
8. Burket et al. 2008. Oral Medicine Eleventh Edition.
India: BC Decker Inc. Hal: 517
Comments