Menarik Untuk Dibaca

KASUS ALVEOLEKTOMI

LAPORAN KASUS ALVEOLEKTOMI

Seorang pasien perempuan berusia tahun datang ke RSGMP dengan keluhan ingin membuat gigi tiruan penuh pada rahang atas dan bawah. Dari pemeriksaan subjektif didapatkan bahwa pasien tidak memiliki kelainan penyakit sistemik dan alergi obat. Pada hari pertama datang, pasien dirujuk ke bagian prosthodonti untuk memeriksakan apakah pembuatan gigi tiruan bisa dilakukan atau tidak. Pada pemeriksaan intraoral terlihat adanya penonjolan pada tulang tepatnya di ridge alveolar pada regio gigi 43. Sewaktu di palpasi didapat adanya rasa sakit, runcing dantajam. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien mempunyai eksostosis pada ridge alveolar pada regio gigi 44, yang dapat mengganggu pada pembuatan gigi tiruan.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Seseorang akan menggunakan gigi geligi permanen seumur hidupnya. Namun, gigi dapat hilang karena berbagai faktor penyakit gigi yaitu karies dan penyakit periodontal, atau proses penuaan secara alami. Adapun beberapa faktor bukan dari penyakit gigi, seperti sikap, perilaku, kunjungan ke dokter gigi, dan ciri-ciri sistem pelayanan kesehatan, memegang peranan penting dalam proses kehilangan gigi.Laporan ini bertujuan untuk mengetahui persiapan jaringan periodontal sebelum pembuatan gigi tiruan sebagian maupun gigi tiruan penuh.Sehingga perlu dipersiapkan baik jaringan periodontal sebelum dilakukan pembuatan gigi tiruan untuk menunjang stabilisasi, retensi, kenyamanan dan estetika. Usaha yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan jaringan periodontal untuk perawatan gigi tiruan sebagian dan gigi tiruan penuh adalah Alveoplasti, Alveolar augmentasi, Frenektomi, Vestibuloplasti, Gingivektomi, Eksostosis, Ortodontik, Splinting.(Fitri dan Arsmin, 2014).
Alveolektomi menurut Archer didefenisikan sebagai suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris, baik sebagian atau seluruh dikenal sebagai tindakan untuk mengurangi tulang alveolar dengan porsi yang tepat sehingga dapat diperoleh akses untuk mempersiapkan linggir alveolar pada pembuatan suatu protesa. Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang berbentuk membulat, serta tajam bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan. Penyebab eksostosis tersebut dikarenakan adanya proses resorbsi tulang pada usia lanjut yang terjadi secara fisologis dan tidak teratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resorbsi yang tajam dan mungkin ada yang tumpul (Aditya, 1999).
Secara anatomis, bentuk deformitas, seperti bentuk tulang yang tajam, alveolar yang menonjol dan linggir yang tidak teratur harus dihilangkan untuk memperoleh suatu basis tulang yang baik pada pembuatan protesa. Eksostosis dapat  mengganggu retensi, stabilitas dan kenyamanan pada pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agartidakmengganggu retensi, stabilitasdan kenyamanan pasien pengguna gigi tiruan maka perlu dilakukan pengambilan pada eksostosis tersebut.Pembedahan yang digunakan untuk mengambil eksostosis yaitu dengan alveolektomi (Soelarko dkk,1980).
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan tindakan alveolektomi sebagai suatu bedah preprostetik, yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang untuk penempatan gigi tiruan, sehingga didapatkan retensi dan stabilisasi gigi tiruan.
2.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah prinsip bedah dalam kedokteran gigi?
2.      Apakah itu Alveolektomi ?
3.      Bagaimanakan prinsip pembuatan flap?
4.      Bagaimanakah kasus pasien alveolektomi?
5.      Apakah komplikasi yang terjadi setelah tindakan alveolektomi?
2.3 Tujuan
            Secara umum tujuannya adalah untuk mengetahui tindakan alveolektomi yang merupakan salah satu tindakan bedah prosthetik. Secara khusus tujuan pembuatan makalah ini, untuk melengkapi salah satu tugas modul 7, dan penulis mampu melakukan tindakan tersebut.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Bedah
Tindakan bedah mulut merupakan tindakan yang beresiko baik terhadap pasien ataupun terhadap operator beserta staff. Resiko yang sering terjadi adalah kontaminasi mikroorganisme baik bakteri atau virus. Selain itu, juga terdapat komplikasi selama pembedahan dari komplikasi ringan sampai kematian pasien.
suatu tindakan yang dilakukan dengan hati-hati dan asepsis, harus mempunyai pengetahuandasar, terutama mengenai anatomi, fisiologi, patologi, farmakologi dan sebagainya. Prinsip untuk dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, harus mencakupi:
1.        Diagnosa yang tepat
Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak akan dapat mengadakan terapi yang baik, walaupun ada berbagai macam cara pengobatan tetapi diagnosa yang tepat hanya satu (Tjiptono dkk, 1998).
2.        Rencana perawatan
Setiap rencana perawatan disusun dengan sedemikian rupa sehingga meliputi keadaan lokal, kesehatan umum dan sosial ekonomi dari pasien. Rencana perawatan tidak terlepas dari pada perawatan pasca bedah. Dari anamnesa perawatan ini akan keluar empat macam hasil yang akan dilakukan yaitu:
a.       Observasi (diamati selanjutnya).
b.      Perawatan konserfatif (dirawat secara konserfatif dengan pengobatan saja).
c.       Pembedahan (diambil tindakan operasi).
d.      Konsultasi (dikirim ke sejawat yang lebih ahli untuk ditindak lebih lanjut) (Tjiptono dkk, 1998).
3.        Perawatan secara pembedahan
Pada tindakan operasi harus diikuti syarat-syarat sebagai berikut :
a.       Asepsis
b.      Atraumatic-surgery
c.       Memenuhi tata kerja yang teratur (Tjiptono dkk, 1998).
4.        Perawatan pasca bedah
Perwatan pasca bedah atau perawatan sesudah operasi yang baik akan mencegah terjadinya komplikasi sesudah operasi (Tjiptono dkk, 1998).
2.2.2 Alveolektomi
Alveolektomi adalah pengambilan tulang pada prosessus alveolaris yang membesar atau prosessus alveolaris yang tajam. Menurut Rendi, dkk (2002) menyebutkan bahwa alveolektomi adalah suatu tindakan pengurangan tulang soket dengan cara mengurangi plat labial atau bukaldari prosessus alveolar dengan pengambilan septum interdental dan interadikuleruntuk mereduksi atau mengambil procesus alveolus disertai denganpengambilan septum interdental dan interradikuler sehingga bisa dilaksanakanaposisimukosa. Alveolektomi termasuk bagian dari bedah preprostetikyaitu tindakan bedah yang dilakukanuntuk persiapan pemasangan gigi tiruan (Tjiptono dkk, 1998; Sandira, 2009).
Indikasi dan Kontraindikasi Alveolektomi :
Indikasi
1.      Pembesaran tulang yang abnormal dan menonjol.
2.      Jaringan hipertopi
3.      Kondisi-kondisi patologi
Kontraindikasi
1.      Tulang kortikal yang tipis
2.      Pasien dengan penyakit sistemik
3.      Periostitis
4.      Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang mengakibatkan kehilangan tulang (Tjiptono dkk, 1998;Fragiskos, 2007).
Syarat - syarat yang harus dipenuhi pada tindakan alveolektomi ialah:
1.      Pengambilan tulang tidak boleh terlalu banyak dan sedapat mungkin mempertahankan tulang kortikal, sebab bila tulang kortikal terlalu banyak diambil dapat mempercepat terjadinya resorbsi tulang alveolar tersebut.
2.      Bagian tulang pendukung gigi tiruan cukup banyak yang tinggal.
3.      Kondisi pasien baik (Tjiptono dkk, 1998).
2.2.3        Prinsip Pembuatan Flap
Kesalahan yang umum terjadi adalah tidak memadainya jalan masuk karena kurang besarnya flap. Oleh karena itu prinsip-prinsip mendesain flap adalah penting dan perlu diperhatikan dengan baik. Dengan jalan masuk yang adekuat, pemisahan atau pemotongan terkontrol dari gigi merupakan rute yang pasti untuk mendapatkan arah tanpa halangan dengan mengorbankan tulang sedikit mungkin. Keterampilan dalam melakukan pembedahan gigi dicapai melalui pengalaman klinik yang lama. Beberapa pengalaman terbaik diperoleh dengan melalui kemampuan memecahkan masalah dengan melalui kemampuan memecahkan masalahmelalui pemikiran dan perencanaaan yang hati-hati (Pedersen, 1996).
Bentuk dari flap sangat mempengaruhi dalam keberhasilan pembedahan, dimana ada 3 macam bentuk flap yang dapat dibuat dan dibuat tergantung dari daerah operasi dan besar lesi yang akan diambil. yaitu;
a.       Semiluner
b.      Trapezium
c.       Segitiga ( Tjiptonodkk, 1998)
Gambar 1. Macam-macam bentuk flap

Ketiga bentuk ini dibuat tergantung dari pada daerah operasi dan besar bagian yang akan diambil. Apabila tepi gingiva dari pada gigi termasuk dalam daerah flap, maka harus diinsisi dan tidak boleh diangkat begitu saja. Untuk melepaskan flap harus dengan gerakan yang halus.Pekerjaan yang tidak rapi akan menimbulkan trauma dan akan  menyebabkan penyembuhan yang lama dan tidak sempurna, dengan cara bekerja yang atraumatik akan dapat mempertahankan aliran darah dari flap, sehingga flap tetap hidup dan baik terhindar dari terjadinya nekrose.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam pembuatan flap:
1.      Penyembuhan dari flap tidak tergantung dari besarnya tetapi tergantung dari pada bagaimana membuatnya dan bagaimana kita bekerja.
2.      Pada waktu melakukan insisi serta pada waktu pembukaan flap, harus diperhatikan jangan sampai merusak nervus, oleh karena dapat menyebabkan terjadinya rasa kebas, biru serta paralise.
3.      Insisi pada jaringan luak, misalnya mukosa pipi, lidah, palatum mole, atau Dasar mulut tidak boleh tegak lurus dan dalam (Tjiptono dkk, 1998).
Syarat dalam pembuatan desain flap adalah;
a.       Lebar flap dibandingkan tepi bebasnya ( insisi tambahan harus serong).
b.      Mempertahankan suplai darah ( insisi sejajar dengan pembuluh darah untuk memberikan vaskularisasi).
c.       Hindari retraksi flap yang terlalu lama
d.      Hindari ketegangan dalam penjahitan,  jahitan yang berlebih atau keduanya
e.       Persyarafan : Desain diusahakan menghindari saraf yang terletak didalam terutama nervus mentalis ).



f.       Pendukung
Tempatkan tepi sedemikian rupa sehingga terletak di atas tulang ( lebih kurang 3-4 mm dari tepi tulang yang rusak ).
g.      Ukururan : ukuran flap seharusnya lebih besar dan jangan terlalu kecil serta diperluas terlalu berlebihan
h.      Ketebalan : untuk flap periostal, periostum diambil secara menyeluruh jangan jangan sampai terkoyak dan pada waktu mengangkat flap jangan sampai tersobek ( Pedersen, 1996 ).
2.2.4        Laporan Kasus
Seorang pasien perempuan berusia tahun datang ke RSGMP Baiturrahmah dengan keluhan ingin membuat gigi tiruan penuh pada rahang atas dan bawah. Dari pemeriksaan subjektif didapatkan bahwa pasien tidak memiliki kelainan penyakit sistemik dan alergi obat. Pada hari pertama datang, pasien dirujuk ke bagian prosthodonti untuk memeriksakan apakah pembuatan gigi tiruan bisa dilakukan atau tidak. Pada pemeriksaan intraoral terlihat adanya penonjolan pada tulang tepatnya di ridge alveolar pada regio gigi 43. Sewaktu di palpasi didapat adanya rasa sakit, runcing dantajam. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien mempunyai eksostosis pada ridge alveolar pada regio gigi 44, yang dapat mengganggu pada pembuatan gigi tiruan.
Data pasien
Nama                  :    
Jenis kelamin      :    laki- laki
Umur                  :    59 tahun
No RM               :    
Alamat               :   

Gambar 3. Gambaran Intraoral

Prosedur Pembedahan :
1.      Alat dan bahan yang telah disterilkan
Alat :
a.       Alat standar
b.      Handle blade
c.       Raspatorium
d.      Bone file
e.       Blade no 15
f.       Gunting bedah
g.      Benang + jarum jahit
h.      Needle holder
i.        Low speed ( mikromotor )
j.        Bur tulang
k.      Knabel tang
Bahan :
a.       Pehacaine
b.      Povidon iodine
c.       Tampon, kasa, kapas
d.      Alkohol
2.      Dudukan pasien didental unit, operator menjelaskan kepada pasien tentang prosedur perawatan secara singkat serta membimbing pasien dalam mengisi inform consent.
3.      Asepsis terhadap operator dan pasien
-          Operator    : Mencuci tangan, membuka perhiasan dan aksesoris tangan yang dipakai, memakai masker dan handscoon.
-          Pasien        : Asepsis intra oral dan ekstra oral, pada ekstraoral dengan menggunakan alkohol diolesi melingkari bibir dengan searah jarum jam, dan dengan menggunakan larutan antiseptik ( povidon iodine) pada daerah kerja.
4.      Lakukan anastesi infiltrasi, kemudian lakukan pengecekan dengan menggunakan ujung sonde apakah anastesi sudah berjalan atau belum.
5.      Lakukan bleeding point pada daerah yang akan dilakukan insisi dengan bentuk flap trapesium
6.      Buka perlekatan flap dengan menggunakan raspatorium dan dilakukan identifikasi penonjolan tulang yang runcing yang akan diambil
7.      Buang penonjolan tulang alveolus yang runcing tersebut  dengan bur atau dengan knabel tang.
8.      Raba bagian tulang yang masih tajam dan dihaluskan dengan dengan menggunakan bone file, setelah dihaluskan lakukan irigasi dengan larutan NaOcl 0,9 %
9.      Kembalikan flap seperti semula kemudian suturing dengan interrupted suture
10.  Instruksi pasca bedah dan medikasi kemudian pasein dipulangkan dan diberi obat
11.  Setelah 1 minggu apabila tidak ada tanda-tanda inflamasi, jahitan dibuka ( Tjiptono, dkk).
2.3      Komplikasi
            Setelah dilakukan tindakan  prosedur bedah biasanya akan muncul keluhan. Hal ini wajar, salah satu keluhan yang mungkin terjadi adalah rasa ketidaknyamanan. Rasa ini dapat terjadi sebagai akibat adanya rasa sakit yang dialami pasien.Untuk menghilangkan rasa ketidaknyaman ini dapat diberikan obat penghilang rasa sakit.
            Komplikasi pasca bedah dan pencabutan gigi kadang-kadang tidak dapat dihindari, dapat terjadi oleh beberapa sebab tanpa memandang operator, keterampilan operator maupun kesempurnaan persiapan. Komplikasi yang terjadi bervariasi demikian juga akibat yang ditimbulkan (Ismardianita, 2013 ).
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu sebagai berikuit;
a.       Laserasi mukosa ( sobekan pada mukosa)
Laserasi gingiva terjadi karena ginggiva terjepit pada saat pencabutan, mukosa sudut mulut luka karena terlalu lebar membuka mulut.
Penanganan : operator harus bekerja secara baik dan benar serta memperhatikan hal-hal yang yang dapat menyebabkan komplikasi tersebut.
b.      Lesi pada nervus
Nervus dapat terluka pada anastesi lokal karena memakai jarum yang tumpul dan bisa juga terjadi bila waktu penyuntikkan ada sisa alkohol yang masuk kejaringan dan sampai ke nervus sehingga dapat menyebabkan terjadi nekrose dan parastesi
Penanganan;anastesi lokal harus memakai jarum yanag tajam serta operator memperhatikan alat dan daerah tempat dilakukan injeksi
c.       Pendarahan
Biasa terjadi karena waktu tindakan pembedahan dilakukan banyaknya/ besarnya pembuluh darah yang terkena.
Penanganan;
-          Secara tekanan
Dengan menggunakan kain kasa atau tampon
-          Secara biologis
Bila pemakaian tampon padat atau kasa tidak bisa menghentikan pendarahan maka dapat dipakai obat-obatan seperti adrenalin
-          Pengikatan atau penjahitan
Bila pendarahan disebabkan karena terputusnya pembuluh darah yang besar, maka pembuluh darah tersebut diikat dengan menggunakan cat gut atau benang absorbel dan bila pendarahan disebabkan karena terbukanya jahitan operasi maka kita melakukan penjahitan kembali.
-          Hemostat
Digunakan untuk menjepit pembuluh darah
d.      Edema
Edema merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan atau pembedahan gigi, serta merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cidera. Edema adalah reaksi individual yaitu trauma yang besarnya sama, tidak terlalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama baik pada pasein yang sama atau berbagai pasien. Usaha-usaha yang bisa mengontrol udema adalah termal (dingin), fisik (pemekanan), dan obat-obatan. Obat yang sering digunakan adalah jenis steroid yang dibarikan secara prenatal, oral atau tropical sebagai pembalut tulang alveolar.
e.       Alveolitis ( dry socket )
Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah pencabutan adalah dry socket atau alveolitis. Biasanya di mulai dari hari ke 3 sampai ke 5. Keluhan utama yang dirasakan adalah rasa sakit yang sangat hebat sesudah operasai. Pemeriksaan terlihat tulang alveolaris yang terbuka, terselimuti kotoran dan dikelilingi berbagai tingkatan peradangan dari ginggiva. Akibat terjadinya dry socket adalah hilangnya bekuan akibat lisis, mengelupas atau keduanya. Dry socket ini bisa juga terjadi akibat adanya streptococcus, tetapi lisis mungkin bisa terjadi tanpa keterlibatan bakteri. Diduga trauma berperan karena mengurangi vaskularisasi yaitu pada tulang yang mengalami mineralisasi yang tingi pada pasien usia lanjut.
Penatalaksanaan : untuk perawatan persyarafan tindakan yang tenang, hati-hati dan halus. Bagian yang mengalami dry socket diberi diirigasi dengan larutan saline yang hangat, dan diperiksa. Palpasi dengan menggunakan aplikator kapas dapat membantu dalam menentukan sensitivitas ( Pederson, 1996 ).
f.       Infeksi
Didasarkan atas potensi  penyebaran dari infeksi  bakterium atau keduanya. Pencabutan dan pembedahan yang mengalami infeksi akut yaitu perikoronitis atau abses. Penatalaksanaannya adalah dengan memberikan obat antibiotik seperti penisilin ( Pedersen, 1996 ).
Ada beberapa tindakan postoperatif yang harus dilakukan
1.      Istirahat yang cukup.Istirahat yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
2.      Untuk sementara pasien dianjurkan untuk tidak memakan - makanan yang keras dan merangsang
3.      Pasien harus memakan - makanan yang lunak dan lembut terutama pada hari pertama pasca pembedahan. Pasien tidak boleh memakan -makanan yang panas karena dapat terjadinya pendarahan. Pasien baru boleh makan beberapa jam setelah pembedahan agar tidak mengganggu dan jangan mengunyah pada sisi yang dilakukan pembedahan.
4.      Banyak meminum air putih agar terhindar dari dehidrasi
5.      Pasien harus selalu menjaga kebersihan mulut, gigi disikat secara rutin dan diiringi dengan penggunaan obat kumur.
6.      Untuk mengurangi rasa sakit pasien diberi obat analgetik
7.      Untuk mempercepat masa penyembuhan pasein diberikan vit c
8.      Pasein tidak boleh merokok, karena dapat meningkatkan insiden terjadinya pendarahan dan dry socket (Ismardianita, 2013)
2.4      Saran
Demikian laporan kasus ini dibuat, diharapkan laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan banyak mendapatkan informasi dan  pengetahuan tentang pembedahan dalam melakukan tindakan alveolektomi.

KONSULTASIKAN SEGERA JIKA KAMU MENGALAMI MASALAH INI HANYA KEPADA DOKTER GIGI AGAR KAMU MENDAPATKAN TERAPI YANG TEPAT DAN TERBAIK UNTUK MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN DIRIMU


Yuk baca juga artikel terkait

  1. ULKUS TRAUMATIKUS DAN SAR MINOR

  2. TUSUK GIGI MEMBUAT KETERGANTUNGAN DAN SEBABKAN KERUSAKAN GIGI

  3. Cara menghilangkan jerawat secara alami

  4. 13 PENYEBAB BAU MULUT (HALITOSIS)

  5. ANDA HARUS TAU ...!!! CARA MENGATASI SAKIT GIGI DAN GIGI BERLUBANG


KONSULTASIKAN GRATIS @GIE_DENTALCARE ? klik disini


DAFTAR PUSTAKA

1.      Fitri, I dan Arsmin. 2014. Persiapan Jaringan Periodontal Untuk Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Dan Gigi Tiruan Penuh. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10063. 12-06-2014
2.      Aditya, G., 1999, Alveoloplasty Sebagai Tindakan Bedah Preprostetik, Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
3.      Ghosh, 2006., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B,. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
4.      Ismardianita, E. eksodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Padang. 2013.
5.      Pederson, G. W, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery ), Jakarta; EGC, 1996 Hal 47-59
6.      Ragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery.  Veldag Berlin Heidelberg : Springer
7.      Sandira, 2009. Alveolektomi. Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
8.      Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Unpad, Bandung
9.      Starshak ,T.J. Prosthetic Oral surgery ,St.Louis:Mosby, 1971.
10.  Thoma, K. H. Oral Surgery. Ed. 5th ed.Vol. I. St. Louis: Mosby, 1969: 409-416.
11.  Tjiptono k Toeti R, dkk , Ilmu Bedah Mulut Edisi ke Dua. Penerbit Cahaya Sukma Nelti,  R. Indikasi pencabutan. Hal 206-208.

12.  Wray,Guernsey, L. H. Preprosthetic Surgery. In:Kruger, G. O., editor. Textbook of Oraland Maxillofacial Surgery. 5th ed. St.Louis: Mosby, 1979: 111. al, 2003.

Comments

Baca Juga

Laporan Kasus Odontektomi (TINJAUAN PUSTAKA + klasifikasi Molar IMPAKSI)

ANDA HARUS TAU SELURUH GIGI BAKAL RUSAK HANYA KARENA SATU GIGI HILANG

SCALLOPED TONGUE ATAU LIDAH BERLEKUK-LEKUK

FISSURED TONGUE OR LIDAH BERFISURRE

ULKUS TRAUMATIKUS DAN SAR MINOR

TUSUK GIGI MEMBUAT KETERGANTUNGAN DAN SEBABKAN KERUSAKAN GIGI

Ini Dia Ciri- Ciri Orang Pintar , Apakah Kamu Salah Satunya

Cara menghilangkan jerawat secara alami

13 PENYEBAB BAU MULUT (HALITOSIS)